Leadership Summary : TRAITS, BEHAVIORS, AND
RELATIONSHIPS & CONTINGENCY APPROACHES TO LEADERSHIP
- CHAPTER 2 TRAITS, BEHAVIORS, AND RELATIONSHIPS KNOW YOUR STRENGTS
Mitos bahwa seorang leader harus memiliki banyak
kemampuan atau biasa disebut “all things to all people” merupakan hal yang
keliru. Hal-hal ini dapat menyebabkan stress dan frustasi berat pada seorang
leader dan pengikutnya, selanjutnya pemikiran ini dapat mengakibatkan rusaknya
organisasi. Interdependece adalah kunci untuk kepemimpinan yang efektif. Seorang
pemimipin harus bisa menyadari dan mengumpulkan kekuatanya untuk mempercayai
dan berkerjasama dengan orang lain. Hal ini juga menjadi kunci untuk saling
melengkapi dalam sebuah tim. Menjadi seorang pemimpin membutuhkan keunikan
dalam dirinya untuk mengetahui kekuatan unik dan kapabilitas dan mempelajari
bagaimana membuat itu semua. Hanya pada saat seorang pemimpin menyadari
kekuatannya sajalah, dia dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya secara
efektif untuk memberikan kontribusi yang besar. THE TRAIT APPROACH Traits
adalah membedakan karakter personal dari seorang pemimpin, seperti intelijensi,
kejujuran, kepercayaan diri, dan penampilan. The Great Man Approach adalah
perspektif dari kepemimpinan yang mencari untuk mengidentifikasi kebiasaan
seorang pemimpin yang berbeda dengan orang biasa yang bukan pemimpin. Beberapa
karakter tipikal yang dimana seorang pemimpin harus miliki yaitu optimism and
self-confindece, honesty and integrity, and drive. Karakter-karakter tersebut
merupakan karakter yang diperlukan oleh seorang pemimpin untuk menjadi seorang
pemimpin yang efektif.
- Personal Characteristics of Leaders
1. Optimism and Self-Confidence Merupakan penampilan
positif sebagai salah satu kunci untuk pemimpin yang efektif. Optimism
merupakan tendensi untuk melihat sisi positif dari suatu hal dan memperkirakan
bahwa hal tersebut akan berakhir baik. Self-Confidence merupakan keyakinan pada
keputusan, pengambilan keputusan, ide, dan kapabilitas.
2. Honesty and Integrity Sifat positif yang dipunyai
oleh seorang yang memegang teguh etik. Honesty mengacu pada kebenaran dan
menentang penipuan. Integrity adalah kualitas dari keseluruhan sifat,
integritas, dan bertindak sesuai dengan prinsip moral yang ada.
3. Drive Adalah sifat lain yang dipertimbangkan
seharusnya ada untuk pemimpin yang efektif. Drive merupakan motivasi tinggi
yang dibuat dengan kerja keras besar oleh pemimpin. Personal Characteristics
Energy Passion Physical Stamina Intelligence and Ability Intelligence,
cognitive ability Knowledge Judgement, decisiveness Personality Optimism
Self-confindence Honesty and Integrity Enthusiasm Charisma Desire to lead
Independence Social Characteristics Sociability,interpersonal skills
Cooperativeness Ability to enlist cooperation Tact, diplomacy Work-Related
Characteristic Drive, desire to excel Responsibility in pursuit of goals
Persistence against obstacles, tenacy Social Background Education Mobility
- BEHAVIOUR APPROACHES
Autocratic versus Democratic Leadership Autocratic
adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi
secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan
keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan,sanjungan,kesalahan dan penghargaan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Democratic adalah seorang
pemimpin yang mendelegasikan wewenang kepada orang lain, mendorong partisipasi,
bergantung pada pengetahuan bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugas, dan
bergantung pada penghormatan dari bawahaannya untuk mencapai tujuan bersama. Ø Ohio State Studies Analisis penilaian mengakibatkan
dua kategori luas dari perilaku pemimpin, yaitu consideration dan Initiating
structure. Consideration menjelaskan pemimpin peduli tentang bawahan,
menghormati ide dan perasaan mereka, dan mengembangkan rasa saling percaya.
Initiating structure menjelaskan pemimpin berorientasi pada tugas dan
mengarahkan aktivitas kerja para bawahannya terhadap pencapaian tujuan. Ø University of Michigan Studies Penelitian Michigan
menetapkan dua tipe dari perilaku kepemimpinan,setiap tipe terdiri dari dua
dimensi yaitu :
1. Employee-centered adalah perilaku pemimpin yang
menunjukan fokus pada kebutuhan manusia.
2. Job-centered adalah perilaku pemimpin yang berfokus
pada aktivitas yang efisien, pengurangan biaya, dan penjadwalan untuk mencapai
tujuan dan fasilitasi kerja. Ø The Leadership Grid The Leadership
Grid adalah dua dimensi model kepemimpinan yang melihat keutamaan gaya
kepemimpinan berdasarkan pengukuran atas fokus terhadap orang dan produksi. The
leadership gird figure menggambarkan dua dimensi model dan lima dari tujuh gaya
kepemimpinan utama. 1. Country Club Management = bijaksana memperhatikan
kebutuhan orang-orang untuk hubungan yang memuaskan mengarah ke sebuah
kenyamanan, suasana organisasi yang ramah dan tempo kerja.
- Team Management
Prestasi kerja adalah dari orang-orang berkomitmen:
saling ketergantungan melalui “saham umum” dalam tujuan organisasi mengarah
pada hubungan kepercayaan dan rasa hormat.
3. Middle-of-the-Road Management = kinerja organisasi
yang memadai dimungkinkan melalui menyeimbangkan kebutuhan untuk mendapatkan
pekerjaan dengan mempertahankan semangat orang-orang di tingkat yang memuaskan.
4. Impoverished Management = pengusahaan usaha minimal
untuk mendapatkan pekerjaan yang dibutuhkan dilakukan adalah sesuai untuk
mempertahankan keanggotaan organisasi.
5. Authority-Compliance Management = efisiensi dalam
hasil operasi dari mengatur kondisi kerja sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
manusia yang mengganggu pada tingkat minimum. Ø Theories of a “High-High” leader
Kualitas kepemimpinan yang diinginkan adalah seorang pemimpin dapat memenuhi
kedua kebutuhan secara bersamaan. Themes of leader behavior research People
Oriented Task Oriented Ohio State University Consideration Initiating Structure
University of Michigan Employee-Centered Job-Centered University of Texas
Concern for People Concern for Production ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP Topik
lainnya yang hangat menjadi perbincangan di dunia yang bergerak sangat cepat
ini adalah Entrepreneurial Leadership. Entrepreneurship adalah proses dari
inisiasi sebuah bisnis baru, mengorganisir sumber daya yang penting, dan
memperkirakan risiko – risiko dan penghargaan terkait. Entrepreneurs merupakan
pemimpin yang inovatif dan berubah untuk kemajuan. Mereka menyadari sebuah ide
untuk bisnis ataupun produk ataupun jasa dan membawanya untuk mencari sumber
daya yang tepat untuk mengembangkan bisnisnya.
- Entrepreneurship Leader
Merupakan orang yang penuh inovasi dan selalu ingin
berubah menuju hal yang lebih baik. Maka dari itu sering kali tipe pemimpin ini
berani untuk mengambil risiko agar tujuan-tujuannya untuk organisasi tercapai.
MATCHING LEADERS WITH ROLES Three Types of Leadership Roles Penjelasan:
1. Operational Role adalah peran yang paling dekat
dengan peran tradisional. Orientasi vertikal dari peran manajemen, dimana para
eksekutif mempunyai kontrol langsung terhadap orang lain dan sumber daya yang
ada. Pemimpin operasional mengisi garis tradisional dan posisi manajemen secara
umum pada bisnis.
2. Collaborative Role adalah peran kepemimpinan
horizontal (seperti ketua tim) dimana pemimpin sering bekerja dibalik layar dan
menggunakan kekuatan pribadi untuk mempengaruhi orang lain dan mendapatkan hal
yang diinginkan terselesaikan dengan baik. Tipe pemimpin ini senang bekerja
sama dengan tim untuk bersinergi dan bersama-sama mencapai tujuan organisasi.
3. Advisory Role adalah kepemimpinan dimana
menyediakan nasihat-nasihat, pedoman, dan dukungan untuk orang alin dan
departemen pada organisasi. Pemimpin memberikan nasihat- Vertical Management
Position Horizontal Responsibilities Providing guidance and support Operational
Roles Collaborative Roles Advisory Roles
- Nasihat
nasihat yang kiranya dibutuhkan oleh organisasi atau
untuk setiap masalah-masalah yang timbul. Studi terkini mengatakan bahwa
karakter dan sifat yang berbeda adalah baik dan cocok untuk tipe berbeda dari
peran-peran pemimpin diatas, dan seorang pemimpin bisa lebih efektif ketika
mereka menempati posisi yang tepat sesuai dengan tendensi natural mereka.
- CHAPTER 3 CONTINGENCY APPROACHES TO LEADERSHIP THE CONTINGENCY APPROACH
Contingency berarti tergantung. Maksudnya adalah
setiap hal yang terjadi itu saling bergantung satu sama lain. Bagi seorang
pemimpin untuk menjadi efektif harus mengetahui cara menempatkan perilaku dan
gaya sesuai dengansituasi. Penelitian menunjukan bahwa variabel situasi seperti
tugas, struktur, konteks, dsn lingkungan adalah penting bagi gaya kepemimpinan.
Sifat followers juga telah diidentifikasi sebagai kunci contingency.Dengan
demikian kebutuhan, kematangan, dan kekompakan followers membuat perbedaan yang
signifikan terhadap gaya kepemimpinan yang baik. Pendekatan contingency ini
berusaha untuk menggambarkan karakteristik situasi dan followers dan untuk
memeriksa gaya kepemimpinan yang dapat digunakan secara efektif dengan asumsi
bahwa seorang pemimpin yang benar dapat mendiagnosa situasi dan mencari cara
yang fleksibel untuk berperilaku yang sesuai dengan gaya kepemimpinan untuk
hasil yang terbaik. Leader Leadership Traits/ behaviors Outcames
(performance,satisfaction,etc) Universalistic Approach Contingency Approach
Followers Style Traits Behavior Position Task Structure Systems Environment
Needs Maturity Training Cohesion Outcames (performance,satisfaction,etc) Leader
Situation
- FIEDLER’S CONTINGENCY MODEL
Sebuah usaha ekstensif untuk menghubungkan gaya
kepemimpinan dengan situasi organisasi telah dilakukan oleh Fiedler dan rekan
kerjanya. Ide dasar dari model in sederhana, cocokkan gaya kepemimpinan dengan
situasi yang paling sesuai untuk berhasil. Model ini dirancang untuk
mendiagnosa gaya kepemimpinan dan situasi organisasi. ü Leadership Style Gaya kepemimpinan diukur dengan
sebuah kuisioner yang dikenal sebagai Least Preferred Coworker (LPC) scale.
Jika pemimpin menggambarkan rekan kerja yang paling tidak disukai menggunakan
konsep positif, maka ia dianggap beroriantasi dalam hubungan yaitu seorang
pemimpin yang peduli dan peka terhadap perasaan orang lain. Sebaliknya jika
seorang pemimpin menggunakan kosep yang negatif untuk menggambarkan rekan kerja
yang paling tidak disukainya, ia dianggap berorientasi tugas, yaitu seorang
pemimpin yang melihat oranglain dalam hal yang negatif dan menempatkan nilai
yang lebih besar pada kegiatan tugas dari pada orang. ü Situation Model ini menyajikan situasi kepemimpinan
ke dalam tiga elemen kunci yang dapat menguntungkan dan tidak menguntungkan
untuk seorang pemimpin, yaitu:
1) Leader-member relations mengacu pada atmosfer
kelompok dan tingkah laku anggota dan penerimaan atas pemimpin. Ketika bawahan
mempercayai, menghormati, dan percaya diri dengan pemimpinnya, berarti hubungan
antara pemimpin dan anggotanya bagus, juga berlaku sebaliknya.
2) Task structure mengacu pada perluasan yang mana
tugas yang dilaksanakan oleh kelompok didefinisikan, termasuk didalamnya
prosedur spesifik, dan mempunyai tujuan yang jelas dan eksplisit. Pekerjaan
yang rutin dan terdefinisi dengan jelas mempunyai sebuah tingkatan yang tinggi
dari struktur, juga berlaku sebaliknya.
3) Position power adalah perluasan yang mana pemimpin
mempunyai otoritas formal melalui bawahan. Kekuatan jabatan tinggi ketika
pemimpin mempunyai kekuatan untuk merencanakan dan mengarahkan pekerjaan
bawahan, mengevaluasinya, dan memberikan hadiah atau hukuman kepadanya, juga
berlaku sebaliknya. Contingency Theory Sebagai seorang pemimpin, anda dapat
secara efektif menggunakan gaya berorientasi tugas ketika situasi organisasi
sedang tidak menguntungkan atau sedang menguntungkan anda sebagai pemimpin. Dan
dapat menggunakan gaya berorientasi hubungan dalam situasi menguntungkan karena
keterampilan hubungan manusia dapat menciptakan suasana yang positif. HERSEY
AND BLANCHARD’S SITUATIONAL THEORY Pendekatan ini berfokus pada sifat-sifat
para pengikut sebagai elemen yang paling penting dari situasi, dan dengan
konsekuensi menentukan perilaku pemimpin yang efektif. Point dari teori Hersey
dan Blanchard adalah bahwa anak buah itu bervariasi dalam tingkat kesiapan.
Orang yang lemah dalam kesiapan tugas dikarenaan oleh sedikitnya kemampuan atau
latihan, atau ketidakamanan, membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda
daripada mereka yang memiliki kesiapan tinggi dan memiliki kemampuan yang baik,
keahlian, percaya diri, dan kemauan untuk bekerja. Leader Style Sesuai dengan
teori situasi, seorang pemimpin bisa mengadopsi satu dari empat gaya
kepemimpinan, didasarkan pada kombinasi dari tingkah laku hubungan (kepedulian
pada orang) dan tugas (kepedulian pada produksi). Ada empat gaya kepemimpinan
yaitu: 1. Telling style, mencerminkan kepedulian tinggi terhadap tugas dan
kepedulian rendah terhadap orang dan hubungan, hal ini merupakan gaya direktif.
Pemimpin memberikan arah eksplisit tentang bagaimana tugas harus dicapai. 2.
Selling style, didasarkan pada kepedulian tinggi terhadap hubungan dan tugas.
Dengan pendekatan ini, pemimpin menjelaskan keputusan dan memberikan pengikut
sebuah kesemparan untuk bertanya dan mendapatkan kejelasan tentang tugas. 3.
Participating style, ditandai oleh perilaku hubungan yang tinggi dan tugas yang
rendah. Pemimpin berbagi ide dengan pengikutnya, mendorong partisipas, dan
memfasilitasi pengambilan keputusan. 4. Delegating style, mencerminkan
kepedulian rendah terhadap tugas dan hubungan. Pemimpin memberikan sedikit
arahan atau dukungan karena tanggungjawab untuk keputusan dan implementasi
mereka diserahkan kepada pengikut.
- Follower
Readiness Esensi dari teori situasi Hersey dan
Blanchardditujukan untuk pemimpin untuk mendiagnosa kesiapan seorang pengikut
dan memilih gaya yang sesuaiuntuk tingkat kesiapan, seperti tingkat pendidikan
si pengikut dan keahliannya, pengalaman, kepercayaan diri dan sikap dalam
bekerja. · Low readiness level Ketika satu atau lebih pengikut
menunjukan sikap yang sangat rendah pada kesiapan, pemimpin arus sangat spesifik,
“memberitau” penikut tentang apa yang arus dilakukan, bagaimana melakukannya,
dan kapan. Sebagai contoh, Phil Hagans pemilik dua franchise McDonald
memberikan pekerjaan dengan mendahulukan yang muda. Dia menggunakan telling
style berkaitan dengan segala sesuatu dari bagaimana cara yang benar untuk
membersikan panggangan, memberikan pekerja muda arah yang kuat untuk
mengembangkan keahlian mereka dan kepercayaan diri mereka. · Moderate readiness level. Kepemimpinan dengan selling
style dibutuhkan ketika pengikutnya kurang dalam pendidikan dan pengalaman
dalam bekerja tetapi menunjukan kepercayaan, kemampuan, ketertarikan, dan
keinginan untuk belajar. Dengan seling style, pemimpin memberikan beberaa
arahan tetapi juga mencari masukan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan.
Sheryl Sandberg menggunakan selling style dalam pekerjaan barunya sebagai ketua
operator di Facebook. Banyak karyawan Facebook yang baru lulus kuliah dengan
pengalaman yang sedikit, tetapi mereka enerjik, antusias, dan berkomitmen. Gaya
Sandberg menggabungkan kepemimpinan yang tegas dengan persuasi dan membangun
consensus. Dia menggunakan logika dan data untuk menjelaskan keputusannya,
tetapi dia juga melihat masukan dan feedback dari karyawan. Dia menggambarkan
dirinya sebagai pemimpin yang bisa menjadi mentor dan diperlukan pada waktu
yang sama. · High readiness level Gaya yang berpartisipasi dapat
efektif ketika pengikut mempunyai pendidikan, keahlian dan pengalaman, tetapi
mereka mungkin kurang percaya dengan kemampuan mereka dan membutuhkan beberapa
araan dari pemimpin. Pemimpin bisa membimbing perkembangan pengikutnya dan
menjadi narasumber untuk nasihat dan bantuan. Contoh dari gaya yang
berpartisipasi adalah Eric Brevig, seorang supervisor efek visual di Industrial
Light and Mangic, yang memaksimalkan kreativitas artis dan animator dengan
mendorong partisipasinya. Brevig lebih suka memberikan tantangan dan bekerja
dengan mereka dengan cara terbaik, daripada memberitahu mereka bagaimana cara
melakukan pekerjaan. · Very high readiness level Gaya
delegasi dari kepemimpinan bisa efektif ketika pengikut mempunyai tingkat
pendidikan, pengalaman, dan kesiapan yang sangat tinggi untuk bertanggungjawab
pada tugas mereka. Pemimpin memberikan tujuan umum dan kewenangan yang cukup
kepada pengikutnya untuk melakukan sebuah pekerjaan. Pendidikan professional
yang tinggi seperti pengacara, professor, dan pekerja social adalah contoh tipe
dalam kategori ini. Beberapa pengikut di hampir setiap organisasi yang memiliki
kesiapan yang tinggi. Contohnya, banyak restoran cepat saji yang sukses
mempekerjakan pensiunan untuk kerja paru waktu. Karyawan yang lebih tua
tersebut sering memiliki tingkat kesiapan tinggi karena pengalaman mereka dan
perilaku yang positif, dan pemimpin bisa dengan efektif menggunakan gaya
delegasi.
Kesimpulannya, telling style sangat cocok untuk
pengikut yang kesiapannya sangat rendah dalam bertanggungjawab untuk tugasnya,
selling and participating style bisa efektif untuk mengikut yang tingkat
kesiapannya sedang, delegating style sesuai untuk pengikut yang kesiapannya
tinggi. Saat ini, pada tempat kerja multigenerasi, dengan orang yang berbeda
umur dan berbeda tingkat kesiapan, banyak pemimpin menemukan kalau mereka harus
menggunakan beberapa gaya. Model kontingensi Hersey dan Blanchard lebih mudah
dipahami daripada model Fiedler karena hanya berfokus pada sifat pengikutnya,
bukan pada situasi yang lebih besar. Pemimpin seharusnya mengevaluasi anak bua
dan mengadpsi gaya manapun yang dibutuhkan. Gaya pemimpin bisa disesuaikan
untuk individual anak bua yang mirip teori pertukaran pemimpin yang dijelaskan
di chapter 2. Jika satu pengikut berada di tingkat kesiapan rendah, pemimpin
harus spesifk memberitahu apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, dan
kapan. Untuk pemngikut dengan kesiapan tinggi, pemimpin memberikan goal umum
dan kewenangan yang cukup untuk melakukan tugas yang cocok untuk pengikutnya.
Pemimpin harus berhati-hati mendiagnosa tingkat kesiapan pengikutnya dan
kemudian memilih gaya tell, sell, participate, atau delegate. PATH-GOAL THEORY
Pendekatan lain dalam kepemimpinan disebut teori jalan tujuan. Berkaitan dengan
teori jalan tujuan, kewajiban pemimpin adalan meningkatkan motivasi pengikut untuk
mencapai tujuan pribadi dan organisasi, dengan cara: 1. Mengklarifikasi jalan
pengikut untuk penghargaan yang tersedia 2. Meningkatkan penghargaan yang
pengikut inginkan Mengklarifikasi path berarti pemimpin bekerja dengan anak
buah untuk membantu mereka mengidentifikasi dan belajar kebiasaan yang akan
membawa ke suksesan penyelesaian kerja dan penghargaan organisasi. Meningkatkan
pengargaan berarti pemimpin berbicara dengan anak buah untuk belajar
penghargaan mana yang penting untuk mereka dan yang mereka inginkan untuk
menaikan jabatan. Pekerjaan pemimpin adalah meningkatkan hasil pribadi untuk
anak buah dalam mencapai tujuan dan membuat jalan menuju hasil yang mudah dan
jelas. Model ini disebut teori kontingensi karena terdiri dari 3 set
kontingensi gaya pemimpin, pengikut dan situasi, dan untuk kebutuhan pengikut.
Sedangkan teori Fiedler membuat asumsi bahwa pemimpin baru bisa mengambil alih
perubahan situasi, di dalam teori jalan tujuan, pemimpin merubah kebiasaan
mereka untuk menyesuaikan dengan situasi. Leader Behavior Teori jalan tujuan
menyarankan empat kali lipa klasifikasi kebiasaan pemimpin. Klasifikasi ini
adalah tipe kebiasaan pemimpin yang dapat diadopsi dan meliputi dukungan,
arahan, orientasi pencapaian, dan gaya partisipasi. Supportive leadership,
menunjukkan kepedulian pada kesejateraan dan kebutuhan personal bawahan.
Perilaku kepemimpinan yaitu terbuka, ramah, dan bisa didekati, dan pemimpin
menciptakan iklim tim dan memperlakukan bawahan dengan sama. Kepemimpinan yang
mendukung adalah sama dengan pertimbangan atau kepimpimnian people-oriented
yang suda dijelaskan sebelumnya. Directive leadersip menjelaskan bawaan tentang
apa yang arus mereka lakukan. Perilaku pemimpin termasuk perencanaan, membuat
jadwal, mengatur hasil tujun dan standar perilaku, dan ketaatan pada peraturan.
Perilaku directive leadership adala sama dengan struktur awal atau kepemimpinan
task-oriented yang suda dijelaskan sebelumnya. Participative leadership
berunding dengan bawahan tentang suatu keputusan. Perilaku pemimpin termasuk
menanyakan pendapat dan saran, mendorong partisipasi dalam membuat keputusan,
dan bertemu bawahan di tempat kerja mereka. Pemimpin partisipasi mendorong
kelompok diskusi dan menuliskan saran, sama dengan selling atau participating style
dalam model Hersey dan Blancard. Achievement-oriented leadership mengatur
tujuan yang jelas dan menantang untuk bawahan. Perilaku pemimpin menekankan
pada performance yang berkualitas tinggi dan improvisasi untuk performance
tersebut. Untuk ilustrasi achievement-oriented leadership yaitu pelatihan
militer di Reserve Officers’ Training Corps (ROTC). Pelatihan ini jauh
melampaui bagaimana perintah peleton. Ini meliputi konsep motivasi,
tanggungjawab, dan membentuk sebuah kelompok yang berguna untuk pengambilan
keputusan. Pada dasarnya, pelatihan ini memungkinkan petugas untuk merespon
situasi apapun. Maka dari itu achievement-oriented leadership mendemostrasikan:
suatu set tujuan yang menantang, membutuhkan
improvisasi, dan kepercayaan diri terhadap kemampuan bawahan. Empat tipe
perilaku pemimpin tidak didasari sifat pribadi yang tertanam sebagaimana
dijelaskan dalam teori sifat; sebaliknya, mereka mencerminkan jenis perilaku
yang setiap pemimpin mampu mengadopsinya, tergantung situasi. Situational
Contingencies Ada dua hal penting kontingensi situasi di teori jalan tujuan,
yaitu: 1. Karakter personal suatu anggota kelompok 2. Lingkungan kerja Karakter
personal dari bawahan ini sama dengan tingkat kesiapan Hersey dan Blanchard
yang meliputi factor seperti kemampuan atau kealian, pemimpin membutuhkan
latihan tambahan untuk improvisasi performance. Jika bawahan egois, pemimpin
dapat menggunakan hadiah uang untuk memotivasi mereka. Bawahan yang
menginnginkan arahan yang jelas dan kewenangan membutuhkan pemimpin yang
menginstrusikan mereka apa yang harus dilakukan. Pekerja yang cerdas dan
professional, bagaimanpun, akan menginginkan kebebasan yang lebih dan melakukan
yang terbaik di bawah gaya partisipasi pemimpin.
Lingkungan kerja kontingensi meliputi tingkatan dari
struktur tugas, sifat dari system kewenangan formal, dan bekerja dengan
kelompok itu sendiri. Struktur tugas ini sama dengan konsep yang dijelaskan
teori kontingensi Fiedler; ini meliputi sejauh mana tugas-tugas yang ditetapkan
dan memiliki deskripsi dan prosedur kerja yang jelas. System kewenangan yang
formal meliputi jumlah daya yang sah digunakan oleh para pemimpin dan sejauh
mana kebijakan dan aturan membatasi perilaku karyawan. Karakter kerja kelompok
terdiri dari tingkat pendidikan dari bawahan and kualitas hubungan di antara
mereka. Use of Rewards Ingat bahwa tanggung jawab pemimpin adalah untuk
memperjelas jalan untuk hadiah bagi para pengikut atau untuk meningkatkan jumlah
hadiah untuk meningkatkan kepuasan dan kinerja. Pada beberapa situasi, pemimpin
bekerja dengan bawahan untuk membantu mereka memperoleh keahlian dan percaya
diri untuk melakukan tugas dan mencapai penghargaan dalam memenui kebutuhan
bawahan. Ada empat contoh bagaimana perilaku kepemimpinan disesuaikan dengan
situasi. Pada situasi pertama, bawahan kurang percaya diri; maka dari itu gaya
kepemimpinan yang supportive memberikan dukungan social dengan mendorong
bawahan untuk melakukan pekerjaan dan menerima penghargaan. Pada situasi yang
kedua, pekerjaan ini ambigu, dan karyawan tidak bekerja secara efektif.
Perilaku kepemimpinan yang directive berguna untuk memberikan instruksi tugas
sehingga pengikut akan mengetahui bagaimana menyelesaikan tugas dan mendapat penghargaan.
Pada situasi yang ketiga, bawahan tidak tertantang oleh tugas; maka dari itu
perilaku achievement-oriented berguna untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
Ini mengklarifikasi jalan untuk member penghargaan bagi karyawan. Pada situasi
yang keempat, penghargaan yang tidak benar diberikan kepada bawahan, dan gaya
kepemimpinan partisipasi dibutukan untuk merubah ini. Dengan mendiskusikan
kebutuhan bawahan, pemimpin bisa mengidentifikasi penghargaan yang sesuai untuk
menyelesaikan tugas. Pada semua empat kasus tersebut, hasil dari mencocokan
perilaku kepemimpinan dengan situasi menghasilkan karyawan yang lebih baik
dengan mengklarifikasi bagaiman bawahan bisa menerima penghargaan atau
mengganti penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Teori jalan tujuan
bisa saja menjadi rumit, namun banyak peneliti yang mendukungnya. Dengan
menggunakan model untuk menentukan hubungan dan membuat prediksi yang tepat
tentang hasil karyawan mungkin sulit, tetapi empat
tipe perilaku pemimpin dan ide untuk mencocokannya dengan kontingensi teori
bisa membantu pemimpin untuk memotivasi bawahan. THE VROOM-JAGO CONTINGENCY
MODEL Model ini memiliki beberapa prinsip dasar yang sama dengan model
sebelumnya, tetapi juga memiliki perbedaan yang signifikan pada beberapa hal.
Model ini berfokus pada pembedaan tingkatan partisipasi kepemimpinan, dan
bagaimana setiap level partisipasi mempengaruhi kualitas dan akuntanbilitas
dari keputusan yang dibuat. Model ini dimulai dengan masalah yang dihadapi oleh
seorang pemimpin yang memerlukan sebuah solusi. Keputusan untuk menyelesaikan
masalah dapat dibuat oleh sendiri oleh pemimpin atau melalui keterlibatan
beberapa orang. Model ini memberitahu pemimpin jumlah partisipasi bawahan yang
tepat untuk digunakan dalam membuat sebuah keputusan. Model ini memiliki tiga
komponen utama yaitu sebagai berikut :
1. Leader Participation Styles Model ini terdiri dari
lima level partisipasi bawahan dalam pembuatan keputusan, tersusun mulai dari
otokrasi yang tinggi (pemimpin memutuskan sendiri) hingga demokratis yang
tinggi (pemimpin mendelegasikan kepada kelompok). Decide Pemimpin membuat
keputusan sendiri Consult Individually Menunjukkan masalah kepada bawahan
secara individual untuk memperoleh saran mereka dan kemudian membuat keputusan
Consult Group Menunjukkan masalah kepada bawahan sebagai sebuah kelompok,
mengumpulkan ide dan saran mereka, kemudian membuat keputusan Facilitate
Membagi masalah dengan bawahan sebagai sebuah kelompok dan bertindak sebagai
fasilitator untuk membantu kelompok sampai pada suatu keputusan Delegate
Mendelegasikan masalah dan mengizinkan kelompok untuk membuat keputusan dalam
batasan tertentu Pemimpin harus memilih salah satu dari lima level tersebut,
dan pilihan tersebut tergantung pada situasi yang dihadapi oleh pemimpin. 2.
Diagnostic Questions Tingkatan yang sesuai dari partisipasi pembuatan keputusan
tergantung pada sejumlah faktor situasional. Pemimpin dapat menganalisa
tingkatan partisipasi yang sesuai dengan menjawab tujuh pertanyaan diagnose
berikut :
1. Decision significance Seberapa signifikan keputusan
ini untuk proyek atau organisasi? Jika keputusan ini sangat penting dan
membutuhkan kualitas keputusan yang tinggi, pemimpin harus aktif terlibat
didalamnya
2. Importance of commitment Seberapa penting komitmen
bawahan terhadap keputusan yang dibuat? Jika pengimplementasian memerlukan
tingkatan komitmen yang tinggi terhadap keputusan, pemimpin harus melibatkan
bawahan dalam proses pembuatan keputusan
3. Leader expertise Bagaimana tingkat pengalaman dari
pemimpin dalam hibungannya dengan masalah? Jika pemimpin tidak mempunyai banyak
informasi, pengetahuan, atau pengalaman, pemimpin harus melibatkan bawahan
untuk mendapatkannya
4. Likelihood of commitment Jika pemimpin hendak
membuat keputusan sendiri, apakah bawahan akan mempunyai komitmen yang tinggi
atau rendah terhadap keputusan tersebut? Jika bawahan biasanya bersikap
mengikuti apapun yang diputuskan pemimpin, keterlibatan mereka dalam proses
pembuatan keputusan akan menjadi kurang penting
5. Group support for goals Bagaimana tingkatan dari
dukungan bawahan untuk tujuan organisasi dalam keputusan? Jika bawahan
mempunyai dukungan yang rendah terhadap tujuan organisasi, pemimpin tidak boleh
mengizinkan kelompok untuk membuat keputusan sendiri
6. Goal expertise Bagaimana tingkatan pengetahuan dan
pengalaman anggota kelompok dalam hubungannya dengan masalah? Jika bawahan
mempunyai tingkatan pengalaman yang tinggi dalam hubungannya dengan masalah,
tanggung jawab yang lebih besar dapat didelegasikan kepada mereka
7. Team competence Bagaimana keterampilan dan
pekerjaan anggota kelompok untuk bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan masalah? Ketika bawahan mempunyai keterampilan dan keinginan yang
tinggi untuk bekerja sama menyelesaikan masalah, tanggung jawab yang lebih
besar dapat didelegasikan kepada mereka Dengan mempertimbangkan tujuh faktor
situasional diatas maka dapat dengan cepat menentukan pilihan tingkatan
partisipasi kelompok yang tepat dalam pembuatan keputusan.
8. Selecting a Decision Styles Pengembangan lebih
lanjut dari model ini adalah dengan menambahkan pertimbangan hambatan waktu dan
pertimbangan untuk pengembangan pengikut sebagai kriteria eksplisit untuk
menentukan tingkatan partisipasi. Hal ini mengarahkan pengembangan atas dua
matriks keputusan, yaitu : s Time-based model Digunakan jika
waktu pembuatan keputusan kritis (sedikit). s Development-based model. Digunakan
jika waktu dan efesiensi bukan kriteria yang penting dibandingkan dengan
kesempatan untuk mengembangkan pemikiran dan keterampilan pembuatan keputusan
dari para pengikut. Perlu diperhatikan bahwa timesaving-driven model membawa
pemimpin kepada gaya kepemimpinan yang pertama yang melindungi kualitas
keputusan dan dukungan pengikut, sedangkan employee development-driven model
membawa pertimbangan- pertimbangan lain kedalam perhitungan. Substitutes for
Leadership Contingency approach yang terakhir menganjurkan bahwa
variabel-variabel situasional dapat menjadi sangat kuat yang mereka sebenarnya
menggantikan atau menetralkan kebutuhan atas pemimpin. Pendekatan ini
menguraikan pengaturan organisasi yang didalamnya gaya kepemimpinan
task-oriented dan people-oriented tidak penting atau tidak dibutuhkan. Seorang
pengganti kepemimpinan membuat gaya kepemimpinan tidak dibutuhkan. Sebagai
contoh, seorang bawahan yang professional yang mengetahui bagaimana untuk
melakukan tugasnya, tidak membutuhkan seorang pemimpin untuk memberikan
instruksi. Seorang penetral meniadakan gaya kepemimpinan dan mencegah pemimpin
dari menampilkan tindakan tertentu. Sebagai contoh, jika seorang pemimpin
secara fisik dihilangkan dari bawahan, kemampuan pemimpin untuk memberikan
arahan untuk bawahan dapat banyak dikurangi. Kemampuan untuk menggunakan
pengganti untuk mengisi kesenjangan kepemimpinan seringkali menguntungkan bagi
organisasi. Tentu saja, asumsi fundamental atas peneliti
substitutes-for-leadership adalah bahwa keefektifan kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mengakui dan menyediakan dukungan dan arahan yang belum
disediakan oleh tugas, kelompok dan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar